Kamis, 03 Maret 2011

GURUKU H. ZAENAL ABIDIN

Dipertengahan bulan maret 2010 saya diperkenalkan oleh teman seprofesi kepada seorang mursyid ruhani yaitu Bapak H. Zaenal Abidin. Kehidupan beliau sangatlah sederhana, dia adalah seorang yang dituakan dikampung Bagik Perie Desa Menceh Kecamatan sakra Timur NTB.


Semenjak itu saya aktif silaturrahmi kepada beliau, dan selalu mengikuti tafakkur yang beliau pimpin, setiap kali bertemu perbincangan yang ada hanya Allah.  Begitu tulus dan iklasnya mengajar dan membimbing saya sehingga dalam hidup saya hingga saat ini bisa menganal hakikat hidup yang sebenarnya.

Sebagai awal keyakinan saya kepada  Bapak H. Zaenal Abidin adalah setelah mengikuti  dua kali Tafakkur yang beliau pimpin,  suatu malam saya bermimpi: "mengikuti ceramah seorang guru berjubah berkulit putih yang dikelilingi murid-muridnya, dimana waktu itu saya hanya menatap sang guru, seketika itu saya melihat ada pancaran nur (cahaya putih) menuju saya dari badan guru tersebut, saya terkejut lalu saya ucapkan Alllaaaaaahh dan terasa getaran dalam diri saya" lalu saya bangun.
Pirasat saya, makna mimpi itu adalah baik dan dibarengi dengan keinginan saya yang mengebu-gebu diluar kebiasaan saya untuk mencari ilmu hakikat diri.

Tak terasa hampir satu tahun saya menimba ilmu kepada belaiau, ada ucapan beliau yang sangat melekat pada diri saya “ingat Allah, kapanpun dan dimanapun lalu pandang nur yang hidup dalam dirimu”
Setelah  Bapak H. Zaenal Abidin percaya akan diri saya beliau berkata sudah saatnya kamu berguru kepada sang maha guru (Allah) Allah  ilmuNya tak terhingga, kalau saya sekedar memberikan jalan saja.

Terakhir bertenmu dengan  Bapak H. Zaenal Abidin malam Kamis tanggal, 23 Pebruari 2011 ba'da isya', waktu itu beliau dalam keadaan sakit, walapun demikian beliau sempat mengajak saya mengaji tentang Sirr Al Fatihah inilah ilmu yang terakhir yang saya terima  dari baliau. Malam itu dalam hati saya tidak percaya kalau beliau sakit karena begitu tegarnya mengeluarkan kata-kata nasehat, rasa tidak percaya itu terjawab dari bisikan halus didalam hati saya katanya: “ketika nur Allah itu meliputui hati dan jiwa, badan ini takakan pernah terasa sakit” seketika itu langsung saya paham akan kebesaran Allah.

Tiga hari setelah pertemuan malam itu kini akhirnya Bapak H. Zaenal Abidin telah berpulang kerahmatullah dengan tenang pada Hari Sabtu, 26 Pebruari 2011. Semoga ilmu yang telah diturunkan kepada saya bermanfaat dan sekaligus sebagai amal jariah yang selalu mengalir kepada Bapak H. Zaenal Abidin.

SELAMAT JALAN GURUKU SESUNGGUHNYA ENGKAU MASIH HIDUP BERSAMA NURULLAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar