Jumat, 26 Juli 2013

Sahabat Sejati

Syeikh Ibnu ‘Athaillah As-Sakandary
“Tak ada sahabat sejatimu kecuali dia yang paling tahu aibmu, dan tidak ada (sahabat seperti itu) kecuali Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Sebaik-baik sahabatmu adalah yang  menuntutmu, tetapi sama sekali tuntutan itu tidak ada kepentingannya darimu untuk-nya.”
Tak ada yang lebih tahu aib kita secara detil dan rinci melainkan Allah swt, karena Dia-lah yang tak pernah meninggalkan anda ketika anda dalam kondisi hina dan tidak menolak anda ketika anda dalam kondisi sangat kurang, bahkan senantiasa mengasihi anda dalam situasi apa pun.
Pada saat begitu Dia memerintahkan anda dan melarang anda, namun anda maksiat pada-Nya, namun Dia tidak meninggalkan anda, bahkan dengan rasa belas kasih-Nya Dia memanggilmu untuk datang kepada-Nya di saat anda alpa.
Namun jika yang tahu aib anda secara detil itu adalah makhluk, maka para makhluk pun justru meninggalkan anda dan melempari anda atas perbuatan anda selama ini. Namun Allah Swt dengan segala cinta dan kasih sayang-Nya senantiasa malah menjaga anda. Namun yang menyadari itu sangat sedikit.
Allah Swt tidak pernah meminta imbal balik kita dibalik perlindungan, perintah, tuntutan dan larangan-Nya. Sedangkan pergaulan dan persahabatan dengan makhluk penuh dengan tuntutan dan kepentingan. Maka sahabat sejati sesungguhnya  yang menyadarkan kepentingan yang kembali pada diri kita, hal-hal yang berguna maupun hal-hal mana yang berbahaya.
Namun rasa yaqin yang rendah dan lemah membuat anda terhijab dari semua itu. Karena itu Ibnu Athaillah melanjutkan:
“Seandainya cahaya yaqin memancar, pasti anda melihat akhirat lebih dekat padamu dibanding anda menempuhnya. Dan sungguh anda memandang keindahan dunia tak lebih dari reruntuhan fana yang tampak padanya.”

Dunia hanyalah khayal dalam wujudnya, apabila anda benar-benar tercerahi oleh cahaya yaqin.  
Ahmad bin Ashim al-Anthaky ra menegaskan, “Yaqin adalah nur yang dijadikan Allah swt dalam hati hamba-Nya, hingga ia melihat perkara akhiratnya dan cahaya itu membakar semua hijab antara Dia dan dirinya, sampai akhirat tampak begitu jelas dalam perspektifnya.”

Suatu hari Rasulullah Saw, bertanya kepada Haritsah ra,  “Apa kabarmu pagi ini wahai Haritsah?”
“Saya dalam kondisi beriman yang benar,” jawab Haritsah.
Rasulullah saw, bersabda, “Setiap kebenaran ada hakikatnya, lalu apa hakikat imanmu?”
“Seakan-akan saya berada di Arasy Tuhanku benar-benar ditegakkan dan saya melihat ahli syurga sedang menikmati nikmat-nikmat-Nya di syurga dan ahli neraka sedang saling minta pertolongan,” kata Haritsah.

Rasulullah saw, bersabda, “Kamu sedang mengenal maka teguhlah. Seorang hamba yang qalbunya dicerahi cahaya oleh Allah….” (Al-Hadits).
Rasulullah saw, pernah bersabda, “Bila  cahaya masuk dalam hati, maka hati akan lapang…”
Rasul saw, ditanya, “Wahai Rasulullah apakah ada tanda untuk mengenal itu?”
Beliau menjawab, “Merasa kosong di negeri tipudaya dan kembali pada negeri keabadian, serta mempersiapkan bekal mati sebelum waktunya tiba…”

Sempurnakan Sholat

Allahuuakbar jalan membuka tirai menuju Allah.
Sempurnakan Sholat menggapai makrifat.
Sholatlah sebagaimana sholatnya Nabi.
Sholat yang benar sampai kepada Allah.
Takbiratul ihram jalan menembus Arsy, jika lalai, nikmatnya sholat tak terasa.
Allah meliputi hatimu.....
Memuji, berdoa, mengharap kepada Allah.
Rukuk rendahkan diri dihadapan Allah yang maha suci, yang maha agung.
Jangan ragu Allah tau maksudmu.
Sujud, memuji tak mampu memandang pancaran cahaya suci yang maha tinggi.
Berdoalah mengharap keselamatan dan kemuliaan dari Allah.
Sujudlah memuji kesucian, kebesaran, keagungan, ketinggian Allah.
Bersaksilah tiada Tuhan selain Allah, Muhammad utusan Allah,
Besholawatlah kepada Nabi Muhammad, tanpa beliau (Nur Muhammad) mustahil kita mampu menggapai makrifat kepada Allah.
(Semoga keselamatan atasmu, serta rahmat Allah dan barokahnya) ini adalah komunikasi Allah dengan Muhammad ketika mikraj, lalu diabadikan didalam sholat. Renungkan, salam dalam sholat itu semata-mata dari Allah untukmu, tidakkah kau rasakan hal itu,,

Minggu, 14 Juli 2013

Kenikmatan Berpuasa dibulan Romadhan

Puasa yang sempurna bukanlah tidak makan/minum, menghindari diri dari maksiat dan sebagainya, namun yang perlu diperhatikan adalah kedekatan kita dengan Allah. Seharian penuh kita berpuasa apakah jiwa ini makin dekat dengan Allah. Namun yang terasa adalah lapar, haus, penat ditenggorokan, menahan diri dari segala keburukan sifat manusia, semua ini bukanlah suatu yang mudah, lalu dimana letak kenikmatan puasa ini, malah kita makin jauh dari Allah, begitu berat jalan menuju manusia yang suci.
Seharusnya dibulan suci Romadhan sebagai media meningkatkan kedekatan diri kepada Allah melalui  hidup serhana namun yang terjadi adalah sbalikkanya sebagai contoh tingkat kebutuhan rumah tangga makin meningkat menjelang bulan puasa.
Saudara pengunjung Sufi Lombok yang budiman selamat menjalankan ibadah puasa dibulan yang penuh berkah ini mengawali puasa kita hari ini mari kita renungkan sejenak, tundukkan hati kehadirat Allah, tiada lagi kata-kata, angka-angka, tiada lagi masalah  yang bergejolak difikiran, masuklah suasana zikir Qalbu, dimana cahaya Allah ada disana, lalu rasakan begitu nikmatnya tidak makan, tidak minum, tidak perlu  lagi menahan diri dari kemaksiatan, beraktifitaslah sebagaimana profesi kita, dengan sendirinya diri ini selalu dijalan fitrah Allah, walaupun kita berbuka dengan segelas air putih saja badan ini sangat bertenaga apalagi saat melaksanakan shalat wajib, tiada rasa sedikitpun keluhan menjalankan perintah Allah yang ada hanyalah kenikmatan memandang kemulyaan, kesucian, kebesaran Allah. . 

Sabtu, 15 Juni 2013

Amalanku

Amalanku adalah lailahaillallah, dan memberikan Sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw. Lalu masuklah kedalam suasana spiritual Nabi Muhammad saw, insyaAllah cahaya kemuliaan meliput hati, disanalah akan nampak kemuliaan yang dimiliki Nabi Muhammad saw, insan yang memiliki ahlak yang mulia, pemimpin yang mulia, guru yang mulia tiada dua dimuka bumi ini, 
Maha suci Alah, Segala puji bagi Allah, Allah huu Akbar, Lailahaillallah

Jumat, 26 April 2013

CINTA YANG ABADI

Kematian semakin menghampiri kita dan prosesnya sangatlah cepat. Namun kebanyakan dari kita Kematian adalah kejadian yang sangat menakutkan, kenapa demikian? padahal kematian merupakan proses kembalinya diri ini kehadirat Allah.
Pengunjung Sufi Lombok yang budiman semua ini bersumber dari CINTA.
Kita berdoa kepada Allah untuk dipanjangkan umur, banyak rizki dll itu karena kita cinta kehidupan dunia ini, namun dimana letak cita kita kepada Allah, sholat yang 5x24 jam itu tidak akan cukup menggapai Cinta itu. Kebanyakan dari kita menganggap Allah hanya penguasa alam tempat memohon, wajib menjalani semua perintah dan larangannya lalu kita merasa puas dan bangga menjadi hamba yang penurut, yang sering kita lupakan bahkan tidak tau bagaimana hubungan Cinta kita kepada Allah saat ini.
"Saudaraku Cinta itu memang buta ketika cahayaNya meliputi hati yang ada hanya Dia yang lain hanyalah tipuan belaka"

Published with Blogger-droid v2.0.10

Minggu, 17 Februari 2013

Muroqobah Fokus pada Allah

Sufinews.com

Wahai penempuh jalan Allah, hendaknya Anda menetapi jalan akhirat melalui ajaran yang telah diperintahkan kepadamu dalam aktivitas lahiriahmu. Bila Anda telah melakukannya, maka duduklahdalam hamparan Muraqabah. Raihlah dengan penjernihan batinmu, hingga tak tersisa sedikitpun yang menghalangimu. Berikanlah hak keseriusan dan ketekunanmu, lalu minimkanlah pandanganmu untuk melihat lahiriahmu. Apabila Anda ingin dibukakan rahasia batinmu, untuk mengetahui rahasia alam malakut Tuhanmu berupa intuisi ruhani yang datang kepadamu yang kemudian dihalangi oleh bisikan-bisikan yang manjauhkan dari keinginanmu, maka ketahuilah pertama-pertama, bahwa kedekatanTuhanmu pada dirimu merupakan ilmu yang langsung berkaitan dengan hatimu, melalui pengulangan terus menerus pandangan dalam menarik kemanfaatanmu dan menolak bahayamu. Lihatlah firman Allah Swt.: “Adakah sang Khalik selain Allah, yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi”

Sesungguhnya yang dari bumi adalah nafsumu, dan yang dari langit adalah hatimu. Apabila ada sesuatu yang turun dari langit ke bumi, lalu siapakah yang memalingkan dari dirimu pada selain Allah: “Allah mengetahui apa yang ada di dalam bumi dan apa yang keluar darinya, serta apa yang turun dari langit dan apa yang naik di dalamnya. Dan Allah menyertaimu dimanapun kamu berada.” (Qur’an)

Berikanlah hak kesertaanNya dengan konsistensi ubudiyah kepada-Nya dalam aturan-aturan-Nya. Tinggalkan kontra terhadap Sifat Rububiyah dalam Af’al-Nya. Siapa yang kontra kepada-Nya akan kalah: “Dan Dia adalah Maha Perkasa di atas hamba-Nya, dan Dia Maha Bijaksana dan Maha Meneliti.”

Apa yang saya katakan kepadamu ini sungguh benar: “Tiada yang muncul dari nafas-nafasmu, kecuali Allahlah yang mengaturnya, apakah Anda pasrah atau menolak. Karena Anda ingin pasrah pada suatu waktu, dan Anda mengabaikan, di waktu yang lain. Atau Anda ingin kontra pada suatu saat, lalu Anda mengabaikan, kecuali yang ada hanya pasrah. Semua itu menunjukkan Rububiyah-Nya dalam seluruh tindakan-Nya apalagi pada sisi orang yang sibuk dengan menjaga hatinya untuk meraih hakikat-hakikat-Nya.

Apabila permasalahannya sedmikian rupa, maka berikanlah haknya adab berkaitan dengan apa yang datang kepadamu, dengan Anda bersaksi terhadap sesuatu dari dirimu bahwa tiada awal kecuali dengan Awal-Nya, dan tiada yang akhir kecuali dengan Pengakhiran-Nya, tiada dzahir kecuali dengan Dzahir-Nya, tiada batin kecuali dengan Batin-Nya. Apabila Anda telah sampai pada awalnya awal, Anda akan melihat, terhadap apa yang dilimpahi-Nya.

Apabila muncul suatu bisikan dari Sang kekasih yang sesuai atau tidak dengan dirimu, yang tidak diharamkan syariat, maka lihatlah mengapa Allah ciptakan di dalam dirimu melalui pengaruh intuitif dalam kondisimu. Bila Anda menemukan bnentuk peringatan yang menyadarkan Anda pada Allah Swt, Anda harus membenarkannya. Itulah adab waktu bagi Anda. Anda jangan kembali pada selain itu. Apabila Anda tidak menemukan jalan pembenaran, maka tanjakkan diri ke hadapanNya, maka itulah adab waktu pada dirimu. Namun bila Anda kembali kepada selain jalan itu, berarti Anda telah salah jalan.

Apabila hal itu tidak muncul dari dirimu, Anda harus bertawakal, ridha dan pasrah. Bila masih belum menemukan jalan menempuhnya Anda harus berdoa agar bisa menarik menfaat dan menolak bencana dengan disertai taslim dan pasrah total. Saya peringatkan agar anda tidak berupaya demi sebuah pilihanmu, karena ikhtiyar demikian merupakan keburukan di mata orang yang memiliki mata batin.

Dengan demikian ada empat adab:
Adab Tahqiq
Adab Keluhuran
Adab Tawakal
Adab Doa.

Siapa yang mendapatkan hakikat bersama-Nya akan terjaga oleh-Nya.
Siapa yang diluhurkan oleh Allah, cukuplah bersama Allah, tanpa lainNya.
Siapa yang tawakal kepadaNya, ia melepaskan ikhtiar/pilihan dirinya, menyandarkan pada pilihan-Nya.
Siapa yang mendoa pada-Nya dengan syarat menghadap dan mahabbah pada-Nya, Insya Allah akan diijabahi menurut kelayakan dari-Nya. Atau doanya tidak diijabahi —jika Dia menghendaki— karena kehendak doanya tidak membuatnya maslahat. Setiap masing-masing etika ini ada hamparan keleluasaan.

Hamparan pertama, adalah keleluasaan “tahqiq”. Apabila ada sesuatu intuisi (bisikan halus) yang datang kepadamu tanpa tahqiq, lalu engkau dibukakan sifat-sifat-Nya, maka seharusnyalah Anda tetap dengan rahasia batin Anda, dan diharamkan Anda menyaksikan selain Allah Ta’ala.

Hamparan kedua, adalah hamparan keluhuran. Manakala datang intuisi kepadamu, selain keluhuran, dan Anda dibukakan melalui Af’al-Nya, maka luhurkanlah dirimu di sana melalui rahasia batinmu. Anda diharamkan menyaksikan selain Sifat-sifat-Nya, dan Anda sebagai pihak yang menyaksikan dan disaksikan. Pada tahap pertama adalah fana’nya penyaksi, kemudian fana’nya yang disaksikan (Anda sebagai yang disaksikan dalam fana’).

Hamparan ketiga, adalah hamparan tawakal. Apabila datang kepadamu suatu intuisi selain tawakal, saya maksudkan adalah apa yang kami sebut terdahulu, baik Anda senangi atau tidak, dan Anda dibukakan cacat-cacat bisikan, maka duduklah pada hamparan cinta-Nya, sembari bertawakal pada-Nya, ridha terhadap yang tampak pada dirimu berupa dampak dari perbuatan-Nya dalam cahaya tirai-Nya.

Hamparan keempat, adalah hamparan doa. Apabila muncul bisikan intuisi yang lain, lantas Anda dibukakan bentuk kebutuhan (kefakiran) Anda kepada-Nya, maka Allah telah menunjukkan akan Kemahakayaan-Nya. Raihlah kefakiran sebagai hamparan, dan waspadalah untuk tidak jatuh dari derajat ini pada tahap lainnya, dikawatirkan Anda terjerumus dalam makar Allah sementara Anda tidak tahu.

Minimal, bila Anda mengalami kejatuhan dari derajat tersebut, Anda akan kembali pada diri Anda, sebagai pengatur atau pemilih yang menyebabkan Anda memuliakan diri Anda, dan selanjutnya tak ada kondisi ruhani bagi Anda untuk membawanya secara serius dan tekun, baik dalam lahiriyah maupun batin Anda, dengan mengharapkan agar Anda diberi sebagaimana Allah memberinya. Lalu bagaimana Anda bisa menentang-Nya, terhadap hal-hal yang Allah tidak berkehendak memberikan kepadamu.

Maka, dampak paling minimal dalam pintu ini, adalah tuduhan-tuduhan syirik, bahwa Anda telah menang, padahal sebenarnya tidak sama sekali. Apabila Anda memang menang, lakukanlah sekehendakmu, dan Anda tidak akan mampu melakukan menurut kehendakmu selamanya. Ini menunjukkan besarnya ketekunanmu dalam memamahi tindakan-tindakan Allah Swt. Aku tidak akan ikut pada seorang hamba yang bodoh, atau seorang Ulama yang fasik.

Saya tidak tahu, dimana posisi Anda pada dua sifat ini; apakah pada kebodohan atau kefasikan, atau kedua-duanya? Kami mohon perlindungan Allah dari pengabaian jiwa dari mujahadah, dan kosongnya qalbu dari musyahadah. Pengabaian diri akan menolak syariat, dan pengosongan akan menolak tauhid. Sedangkan Sang Hakim telah membawa syariat dan tauhid. Karena itu tempuhlah dengan cara menjauhkan diri dari kontra terhadap Tuhanmu, agar menjadi orang yang bertauhid. Amalkanlah rukun-rukun syariat agar kamu menjadi pelaku Sunnah. Integrasikan keduanya dengan mata hati yang lembut, maka Anda akan meraih hakikat. Sebagaimana firman-Nya: “Atau tidakkah cukup bersama Tuhanmu, bahwa Dia Maha Menyaksikan segalanya?”

Kemudian bila muncul intuisi dalam muraqabahmu yang tidak disahkan oleh syariat atau pun yang disahkan syariat, atas apa yang berlalu dari dirimu, maka lihatlah apa yang diperingatkan dan diwaspadakan kepadamu. Apabila intuisi itu menjadikan Anda ingat kepada Allah, maka adab Anda adalah mentauhidkan-Nya di atas hamparan KeEsaan-Nya. Namun bila Anda tidak demikian, adab Anda adalah melihat adanya limpahan karunia-Nya, yang menempatkan dirimu melalui Kemahalembutan Kasih-Nya. Dan Dia menghiasi dengannya melalui kepatuhan pada-Nya, dengan mencintai-Nya secera khusus di atas hamparan Kasih-Nya.

Apabila Anda turun dari pintu derajat ini, sementara Anda tidak berkenan di sana, maka adabmu adalah memandang keutamaan-Nya, karena Dia telah menutupimu atas tindakan maksiat kepada-Nya, dan tirai itu tidak dibuka untuk makhluk lain. Namun apabila Anda berpaling dari adab ini, dan Anda ingat akan maksiat Anda, sementara Anda tidak diingatkan dengan tiga adab di atas, maka seharusnya Anda beradab dengan doa dalam taubat, atau sepadannya, demi meraih ampunan menurut tindak kejahatan yang anda lakukan, yang merupakan salah satu sisi dari yang dibenci syariat.

Namun apabila yang datang adalah intuisi ketaatan, lalu Anda datang dan mengingat siapa yang memberikan limpahan manfaat kepadamu, maka janganlah matamu memandang sejuk karenanya, tetapi harus mengingat pada Allah Yang memunculkannya. Sebab apabila pandangan mata Anda sejuk tanpa menyertakan-Nya, berarti Anda telah turun dari derajat hakikat.

Apabila Anda tidak berada pada derajat tersebut, hendaknya Anda menempati pada derajat berikutnya. Yaitu Anda menyaksikan akan keagungan keutamaan Allah terhadap diri Anda, karena Anda telah dijadikan sebagai orang yang layak dan pewarisnya berupa rizki kebaikan dari derajat tersebut. Bahkan diantara tanda-tandanya yang menunjukkan atas kebenarannya. Apabila Anda tidak menempatinya dan turun di bawahnya, maka Adab Anda adalah merenungkan secara mendalam pada ketaatan tersebut, benarkah hal itu memang taat yang sebenarnya dan Anda sendiri selamat dari tuntutan-tuntutan di dalamnya? Ataukah sebaliknya, justru Anda tersiksa karenanya? Na’udzubillah! dari segala kebajikan yang kembali pada keburukan. “Dan tampaklah pada mereka dari Allah, apa-apa yang tidak mereka perhitungkan.”

Jika Anda turun dari derajat ini pula kepada derajat lain, maka etika atau adab Anda adalah mencari keselamatan dari derajat tersebut baik melalui kebaikan maupun keburukannya. Seharusnya tujuan Anda yang berangkat dari kebajikan Anda lebih banyak dibanding tujuan dari pelajaran keburukan Anda, apabila Anda masih menginginkan termasuk golongan orang-orang shalih.

Apabila Anda inginkan suatu bagian, sebagaimana yang diberikan kepada wali-wali Allah Swt. Anda harus menolak semua manusia secara total, kecuali pada orang yang menunjukkan kepada Allah melalui petunjuk yang benar dan amal yang kokoh yang tidak kontra dengan Al-Qur’an dan Sunnah.

Berpalinglah dari dunia sepenuhnya, Anda jangan sampai tergolong orang yang ditawari dunia karena tindakan itu. Namun seharusnya Anda menjadi hamba Allah yang diperintah untuk melawan musuhNya. Jika Anda berada pada posisi dua karakter ini: berpaling dari dunia dan zuhud dari manusia, maka tegakkanlah muraqabah (mawas diri untuk fokus kepada Allah, menetapi taubat dengan penjagaan diri, memohon ampunan kepada Allah melalui kepasrahan dan kepatuhan terhadap aturan-aturan secara istiqamah.

Penafsiran empat adab tersebut: Adalah hendaknya anda menjadi hamba Allah, dengan cara:

Mewaspadakan hatimu agar tidak melihat di semesta raya ini sesuatu pun selain Allah Swt. Bila anda merasa meraih ini, akan ada panggilan intusi kebenaran dari Cahaya Kemuliaan, bahwa anda telah buta dari Jalan Benar, karena darimana anda mampu melakukan Muroqobah?

Hendaknya anda mendengarkan firman Allah Swt, “Dan Allah adalah Maha Mengawasi segala sesuatu.” Dengan begitu anda merasa malu atas taubat anda yang anda duga sebagai taqarrub, maka kokohkanlah taubatmu dengan menjaga hatimu. Dan jangan anda pandang bahwa taubat itu muncul darimu, yang membuat dirimu malah keluar dari jalan yang benar.

Bila anda merasa bahwa semua itu datang dari diri anda, maka akan muncul intuisi ruhani yang hakiki memanggilmu dari sisi Allah Ta’ala, “Bukankah taubat itu datang dariNya dan kembali padaNya? Sedangkan kesibukanmu yang menjadi sifatmu, adalah hijabmu atas kehendakmu?” Maka disanalah anda memandang sifat dirimu, lalu anda mohon perlindungan kepada Allah Swt, dari sifat itu. Lantas anda beristighfar dan kembali kepadaNya.

Istighfar itu berarti mencari tutup terhadap sifat-sifat burukmu dengan cara kembali kepada Sifat-sifatNya.

Apabila anda mampu beristighfar dan kembali, akan muncul pula panggilan hakiki seketika, “Tunduklah dengan aturan-aturanKu, dan tinggalkanlah penentangan terhadapKu, teguhlah dengan kehendakKu dengan melawan kehendak dirimu. Karena kehendakmu adalah bentuk pengambil alihan sifat Ketuhanan atas kehambaanmu. Maka jadilah engkau “hamba yang benar-benar dikuasai, tidak meliki kemampuan apa pun.” Sebab jika dirimu merasa mempunyai kemampuan, maka justru akan dibebankan padamu, sedangkan Aku Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Sumber: Sufinews.com
Bila anda telah benar dalam pintu ini dan anda disiplin di sana, maka anda meraih kemuliaan rahasia semesta

Mata hati Yang Buta

Seribu orang dari kalian belum tentu satu diantara kalian yang peduli denganKu,
Mana diantara kalian,, 
Puluhan tahun kau kaji Al Qur'an kau dalami Al Hadits,,
Namun.. engkau masih jauh dariKu
Aku sangat dekat denganmu
Ibadahmu menjauhkan dirimu
Tidakkah kau melihat Aku yang menghidupkanmu

Senin, 11 Februari 2013

Ulama' Sejati

Sa' tui jati teparan Ulama'
Si' alim sholeh ikhlas dan tegak
Berjuang ndekne ngarepan
Lek paden mahluk si' jari panjak
Cume lek nene' si' maha berhak
Dunia akhirat memberikan jasak

Sifat sak wajib lek para ambiya'
Wajib pada ulama'
Namun empat sifat sino ndekne arak
Marak jahil juhalak

Apelagin girang lekak
Remehan guru dait ina' ama'
Berjuang selalu mengambil muka
Lek paden mahluk si' jari panjat
Ngarep pujian kursi dan perak

Published with Blogger-droid v2.0.10

RAHASIA MUTIARA THARIQAT ANFASIYAH

Oleh:
USTAZ SAHFARI HASYIM

Thariqat anfasiah ialah thariqat yang mengajarkan zikir melalui jalan nafas, mula-mula thariqat ini di sebarkan oleh salah satu wali yang ada dipulau jawa yang dikenal dengan nama wali songo, diantara wali yang menyebarkan thariqat ini ialah Sunan Kali Jaga atau Raden Said.
Zikir nafas merupakan zikir tingkat tinggi dimana para penerima zikir ini akan dibawa kepada pengenalan “diri yang sejati” sehingga ia lebih dekat dengan dirinya yang haq. Disamping itu zikir napas ini akan membawa seseorang kepada maqam keabadian dalam berzikir, karena selama napas itu masih dikandung badan selama itu pula nafas ini tidak akan berhenti menyebut Allah swt. Nafas tidak mengenal cela, salah, tidak di gunjing, di fitnah, bahkan tidak pernah mencuri, merampok, membunuh dan lain-lain dari pada sifat-sifat yang mazmumah. Oleh karena itu nafas dapat dikatakan makhluk yang kudus (suci).
Zikir pada thariqat anfasiyah tidak di amalkan seperti kita mengamalkan zikir pada thariqat qadiriyah dan naqsyabandiyah. Zikir ini cukup di gerakkan atau di fungsikan melalui jalan bai’at kepada guru yang memiliki ijazah dari seorang mursyid yang sudah di akui kebenarannya. Apabila nafas sudah berfungsi maka ia tidak akan berhenti menyebut Allah swt, dalam dirinya sendiri, mengingat Allah swt, dalam dirinya sendiri dan nafas ini tidak mengenal lupa sekalipun seseorang itu dalam keadaan tidur bahkan dalam keadaan sakratul maut nafas itu tidak pernah lengah dalam mengingat Allah swt.
 

Rabu, 16 Januari 2013

Kajian Tasawuf Lombok melalui bedah karya sastra kuno Takepan

 Pembaca Takepan : Aq. Junaidi
Penerjemah takepan : TGH. Rahmat Hidayatullah
Kajian ini khusus untuk kalangan DEWASA..!
Untuk mendownload MP3 Takepan ini anda harus punya akun di www.4shared.com.
versi lain
Download dari Youtube.

Sufi Lombok: Untuk mengkaji kandungan takepan ini anda harus benar-benar berada ditingkat spiritual yang lebih tinggi supaya kandungan takepan yang sebenarnya dapat dipahami, dan terhindar dari salah tangkap yang akan menimbulkan fitnah. Untuk mencapai keadaan demikian anda harus mampu mematikan diri pandanglah diri YANG HAQ yang maha hidup dialah sumber segalanya, ingat bahasa manusia merupakan sumber fitnah dan kebohongan belaka belajarlah mendengarkan bahasa Allah, bergurulah kepadaNya.
Semoga bermanfaat.

Selasa, 01 Januari 2013

Mecari Diri

Annafs dari Allah adalah diri yang sejati. Awal penciftaan manusia adalah diciptakan jasad dari tanah oleh Allah lalu ditiupkan Annafs kedalam jasad lalu hiduplah adam. Penciftaan yang kedua seperti kehidupan nyata yang kita alami saat ini dari pernikahan bertemunya sperma dengan ovum lalu terbentuk segumpal daging setelah berumur 3 bulan ditiupkan annafs kedalam jabang bayi setelah 9 bulan 10 hari lahirlah manusia.
Kini lahirlah manusia baru dengan beberapa tingkat pertumbuhan dari anak anak dewasa hingga jadi orang tua. Dalam perjalanan hidup yang sangat singkat ini disibukkan oleh berbagai suka duka yang dihadapi seperti yang anda rasakan saat ini

Dari penomena singkat diatas jelas bahwa diri sejati kita telah dilupakan oleh berbagai masalah dunia sebagai contoh sibuk mencari kekayaan, kedudukan, menghadapi masalah baik rumah tangga, berorganisasi maupun dalam bermasyarakat.
Walaupun sekelumit masalah diatas dibarengi dengan ibadah namun jarang sekali orang sampai pada diri yang hak. Hanya terpaku pada perintah dan larangan Tuhan yaitu taat dan menyembah saja tak tau makana dari bersyariat sehingga tak ada yang sampai pada hakikat karena belum makrifat. Uraian ini perlu dikaji secara mendalam.

Published with Blogger-droid v2.0.9