Jumat, 26 Juli 2013

Sahabat Sejati

Syeikh Ibnu ‘Athaillah As-Sakandary
“Tak ada sahabat sejatimu kecuali dia yang paling tahu aibmu, dan tidak ada (sahabat seperti itu) kecuali Tuhanmu Yang Maha Pemurah. Sebaik-baik sahabatmu adalah yang  menuntutmu, tetapi sama sekali tuntutan itu tidak ada kepentingannya darimu untuk-nya.”
Tak ada yang lebih tahu aib kita secara detil dan rinci melainkan Allah swt, karena Dia-lah yang tak pernah meninggalkan anda ketika anda dalam kondisi hina dan tidak menolak anda ketika anda dalam kondisi sangat kurang, bahkan senantiasa mengasihi anda dalam situasi apa pun.
Pada saat begitu Dia memerintahkan anda dan melarang anda, namun anda maksiat pada-Nya, namun Dia tidak meninggalkan anda, bahkan dengan rasa belas kasih-Nya Dia memanggilmu untuk datang kepada-Nya di saat anda alpa.
Namun jika yang tahu aib anda secara detil itu adalah makhluk, maka para makhluk pun justru meninggalkan anda dan melempari anda atas perbuatan anda selama ini. Namun Allah Swt dengan segala cinta dan kasih sayang-Nya senantiasa malah menjaga anda. Namun yang menyadari itu sangat sedikit.
Allah Swt tidak pernah meminta imbal balik kita dibalik perlindungan, perintah, tuntutan dan larangan-Nya. Sedangkan pergaulan dan persahabatan dengan makhluk penuh dengan tuntutan dan kepentingan. Maka sahabat sejati sesungguhnya  yang menyadarkan kepentingan yang kembali pada diri kita, hal-hal yang berguna maupun hal-hal mana yang berbahaya.
Namun rasa yaqin yang rendah dan lemah membuat anda terhijab dari semua itu. Karena itu Ibnu Athaillah melanjutkan:
“Seandainya cahaya yaqin memancar, pasti anda melihat akhirat lebih dekat padamu dibanding anda menempuhnya. Dan sungguh anda memandang keindahan dunia tak lebih dari reruntuhan fana yang tampak padanya.”

Dunia hanyalah khayal dalam wujudnya, apabila anda benar-benar tercerahi oleh cahaya yaqin.  
Ahmad bin Ashim al-Anthaky ra menegaskan, “Yaqin adalah nur yang dijadikan Allah swt dalam hati hamba-Nya, hingga ia melihat perkara akhiratnya dan cahaya itu membakar semua hijab antara Dia dan dirinya, sampai akhirat tampak begitu jelas dalam perspektifnya.”

Suatu hari Rasulullah Saw, bertanya kepada Haritsah ra,  “Apa kabarmu pagi ini wahai Haritsah?”
“Saya dalam kondisi beriman yang benar,” jawab Haritsah.
Rasulullah saw, bersabda, “Setiap kebenaran ada hakikatnya, lalu apa hakikat imanmu?”
“Seakan-akan saya berada di Arasy Tuhanku benar-benar ditegakkan dan saya melihat ahli syurga sedang menikmati nikmat-nikmat-Nya di syurga dan ahli neraka sedang saling minta pertolongan,” kata Haritsah.

Rasulullah saw, bersabda, “Kamu sedang mengenal maka teguhlah. Seorang hamba yang qalbunya dicerahi cahaya oleh Allah….” (Al-Hadits).
Rasulullah saw, pernah bersabda, “Bila  cahaya masuk dalam hati, maka hati akan lapang…”
Rasul saw, ditanya, “Wahai Rasulullah apakah ada tanda untuk mengenal itu?”
Beliau menjawab, “Merasa kosong di negeri tipudaya dan kembali pada negeri keabadian, serta mempersiapkan bekal mati sebelum waktunya tiba…”

Sempurnakan Sholat

Allahuuakbar jalan membuka tirai menuju Allah.
Sempurnakan Sholat menggapai makrifat.
Sholatlah sebagaimana sholatnya Nabi.
Sholat yang benar sampai kepada Allah.
Takbiratul ihram jalan menembus Arsy, jika lalai, nikmatnya sholat tak terasa.
Allah meliputi hatimu.....
Memuji, berdoa, mengharap kepada Allah.
Rukuk rendahkan diri dihadapan Allah yang maha suci, yang maha agung.
Jangan ragu Allah tau maksudmu.
Sujud, memuji tak mampu memandang pancaran cahaya suci yang maha tinggi.
Berdoalah mengharap keselamatan dan kemuliaan dari Allah.
Sujudlah memuji kesucian, kebesaran, keagungan, ketinggian Allah.
Bersaksilah tiada Tuhan selain Allah, Muhammad utusan Allah,
Besholawatlah kepada Nabi Muhammad, tanpa beliau (Nur Muhammad) mustahil kita mampu menggapai makrifat kepada Allah.
(Semoga keselamatan atasmu, serta rahmat Allah dan barokahnya) ini adalah komunikasi Allah dengan Muhammad ketika mikraj, lalu diabadikan didalam sholat. Renungkan, salam dalam sholat itu semata-mata dari Allah untukmu, tidakkah kau rasakan hal itu,,

Minggu, 14 Juli 2013

Kenikmatan Berpuasa dibulan Romadhan

Puasa yang sempurna bukanlah tidak makan/minum, menghindari diri dari maksiat dan sebagainya, namun yang perlu diperhatikan adalah kedekatan kita dengan Allah. Seharian penuh kita berpuasa apakah jiwa ini makin dekat dengan Allah. Namun yang terasa adalah lapar, haus, penat ditenggorokan, menahan diri dari segala keburukan sifat manusia, semua ini bukanlah suatu yang mudah, lalu dimana letak kenikmatan puasa ini, malah kita makin jauh dari Allah, begitu berat jalan menuju manusia yang suci.
Seharusnya dibulan suci Romadhan sebagai media meningkatkan kedekatan diri kepada Allah melalui  hidup serhana namun yang terjadi adalah sbalikkanya sebagai contoh tingkat kebutuhan rumah tangga makin meningkat menjelang bulan puasa.
Saudara pengunjung Sufi Lombok yang budiman selamat menjalankan ibadah puasa dibulan yang penuh berkah ini mengawali puasa kita hari ini mari kita renungkan sejenak, tundukkan hati kehadirat Allah, tiada lagi kata-kata, angka-angka, tiada lagi masalah  yang bergejolak difikiran, masuklah suasana zikir Qalbu, dimana cahaya Allah ada disana, lalu rasakan begitu nikmatnya tidak makan, tidak minum, tidak perlu  lagi menahan diri dari kemaksiatan, beraktifitaslah sebagaimana profesi kita, dengan sendirinya diri ini selalu dijalan fitrah Allah, walaupun kita berbuka dengan segelas air putih saja badan ini sangat bertenaga apalagi saat melaksanakan shalat wajib, tiada rasa sedikitpun keluhan menjalankan perintah Allah yang ada hanyalah kenikmatan memandang kemulyaan, kesucian, kebesaran Allah. .